Kisah Gadis Kecil Yang Shalihah

Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma’ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya. Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!”
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: “Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: “Sakit ringan di kakiku.” Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: “Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: “Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.”
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: “Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku.”
Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: “Apakah engkau seorang muslimah?” Dia menjawab: “Tidak.”
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: “Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna.” Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.”
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu’ dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: “Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.” Kukatakan: “(Mimpi) yang baik Insya Allah.” Dia berkata: “Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi.”
Akupun bertanya kepadanya: “Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut.” Dia menjawab: “Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku.” Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: “Aku ingin mencium pipimu yang kedua.” Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah.”
Maka dia berkata: “Asyhadu alla ilaaha illallah.”
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil ‘aalamin. (AR)*
 sumber: majalah qiblati edisi 4 tahun 3

www.qiblati.com

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah

Turkistan-Rusia (atau Transoksus) merupakan daerah yang sangat luas di wilayah Asia Tengah. Wilayahnya meliputi daerah antara Sungai Jaihun (kini: Sungai Amu Darya) dan Sungai Saihun (kini: Sungai Syra Darya) serta daerah-daerah yang berada di sekitarnya. Kedua sungai itulah yang menyuplai persediaan air di Danau Aral (bagian negara Uzbekistan dan Kazakhstan). Dalam sejarah, Turkistan-Rusia telah dikenal oleh bangsa Arab dahulu dengan sebutan daerah belakang (sebelah timur) Sungai Jaihun. Disebut dengan Turkistan-Rusia untuk membedakan dengan Turkistan-Cina yang kini bernama Sinkiang. Turkistan-Rusia kini terbagi menjadi 5 negara yaitu: Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan. Dan Bukhara merupakan salah satu kota terpenting di negara Uzbekistan.

Bukhara adalah sebuah kota tua yang dikenal sebagai tempat wisata yang paling indah, memiliki kebun yang banyak dan luas serta buah-buahan yang menarik dan ranum rasanya. Kota ini berada di sebelah timur sungai Jaihun dengan jarak tempuh dua hari perjalanan. Dan berada di sebelah barat  Samarkand (Uzbekistan) dengan jarak tempuh delapan hari perjalanan.
Kota ini telah melahirkan sosok ahli hadits yang cukup disegani semisal Al-Imam Al-Bukhari dan semisalnya.

Nasab Beliau
Tak kenal maka tak sayang, begitulah pepatah mengatakan. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari.
Beliau dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 13 Syawal 194 Hijriyah di kota Bukhara.
Bardizbah berasal dari keturunan Persia dan beragama Majusi. Bardizbah dalam bahasa Persia bermakna orang yang suka bercocok tanam (petani).
Al Mughirah masuk Islam melalui tangan Yaman Al Ju’fi seorang penguasa Bukhara.
Oleh karena itulah Al Imam Al Bukhari disandarkan pula kepada Al Ju’fi.
Mengenai Ibrahim bin Al Mughirah, Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Tidak ada satu riwayat pun yang menjelaskan tentang keadaannya.” Adapun Isma’il ayah beliau, pernah meriwayatkan hadits dari Hammad bin Zaid dan Al Imam Malik serta sempat berjabat tangan dengan Abdullah Ibnul Mubarak. Kemudian orang-orang Irak meriwayatkan hadits dari Isma’il.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Ayahnya wafat ketika beliau masih kecil, sehingga beliau dibesarkan dalam pangkuan ibunya.
Beliau mulai menghafal hadits sekitar umur 10 tahun di madrasah anak-anak (Kuttab).
Setelah itu, beliau belajar kepada seorang ahli hadits terkenal bernama Ad- Dakhili. Suatu hari Ad-Dakhili membacakan hadits kepada manusia:”…Sufyan (telah meriwayatkan) dari Abu Zubair, kemudian Abu Zubair (telah meriwayatkan) dari Ibrahim…” Maka beliau mengatakan kepada Ad-Dakhili: “Sesungguhnya Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim.” Maka Ad-Dakhili marah kepada beliau. Beliau berkata kepada Ad-Dakhili: “Coba lihatlah kitab catatanmu!” Maka masuklah Ad-Dakhili ke rumahnya  kemudian melihat kepada kitab catatannya, ternyata benarlah apa yang dikatakan oleh beliau. Selanjutnya Ad-Dakhili bertanya kepada beliau: “Bagaimana sanad yang benar wahai anak muda?” Maka beliau menjawab: “ Dia adalah Az-Zubair bin ‘Adi meriwayatkan dari Ibrahim (jadi bukan Abu Zubair).” Ad-Dakhili meminjam pena kepada beliau dan membenarkan catatannya, kemudian mengatakan kepada beliau: “Kamu benar.”
Peristiwa itu terjadi pada saat beliau berusia 11 tahun.
Ketika usia 16 tahun, beliau telah menghafal kitab-kitab karya Abdullah bin Al-Mubarak, Waki’, serta berbagai pendapat ulama kota Ray.
Bahkan pada usia 18 tahun beliau menulis kitab yang berjudul “Qadhaya Ash Shahabah wat Tabi’in wa Aqawilihim”.
Memang semenjak kecilnya beliau telah sibuk menuntut ilmu. Beliau belajar kepada para ahli hadits di kota Bukhara seperti Muhammad bin Sallam Al-Bikandi, Muhammad bin Yusuf Al-Bikandi, Abdullah bin Muhammad Al-Musnadi dan Ibnul Asy’ats serta selain mereka.
Kemudian pada tahun 210 Hijriyah beliau pergi menunaikan ibadah haji ke kota Mekkah bersama ibu dan saudara laki-lakinya yang bernama Ahmad bin Ismail. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, sang ibu beserta Ahmad bin Ismail kembali ke kampung halaman. Sementara beliau tetap tinggal di kota Mekkah untuk menuntut ilmu. Di kota Mekkah belajar kepada Al-Humaidi dan selainnya. Kemudian di kota Madinah belajar kepada Abdul ‘Aziz Al-Uwaisi, Mutharrif bin Abdillah dan selain mereka. Di sanalah beliau menulis kitab yang berjudul “At-Tarikh”. Kemudian beliau melanglang buana ke berbagai negeri untuk menuntut ilmu kepada para ahli hadits seperti ke negeri Khurasan, Syam, Mesir, berbagai kota di Iraq dan berkali-kali beliau mengunjungi kota Baghdad.
Jumlah total guru-guru beliau mencapai 1080 orang.
Kisah Keajaiban Hafalan Beliau
Beliau dikenal memiliki kecerdasan dan kekuatan hafalan yang luar biasa.
Beliau mengatakan: “Aku hafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits dhaif.”
Suatu ketika beliau pernah mengambil sebuah kitab tentang ilmu kemudian kitab tersebut beliau amati mulai dari awal sampai akhir dengan sekali pengamatan, maka beliau telah menghafal semua hadits yang ada di dalamnya.
Hasyid bin Ismail dan selainnya menceritakan: “Dahulu Abu Abdillah Al-Bukhari belajar bersama kami kepada para ulama Bashrah, ketika itu beliau masih muda. Beliau tidak menulis hadits yang disampaikan oleh sang guru. Hal itu berlangsung selama beberapa hari. Maka kami berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau belajar bersama kami tapi engkau tidak menulis. Lalu apa yang kamu lakukan? Maka setelah berlalu 16 hari beliau berkata kepada kami: ‘Sesungguhnya kalian berdua terus-menerus mengeluhkanku. Coba tunjukkan kepadaku hadits yang telah kalian tulis!’ Maka kami tunjukkan kepada beliau hadits yang telah kami tulis. Kemudian beliau menambahkan 15.000 hadits (ke dalam catatan kami) yang dia bacakan dari hafalannya sampai kami membenarkan catatan kami dari hafalan beliau.
Dikisahkan pula suatu ketika Al-Imam Al-Bukhari singgah di kota Baghdad. Begitu mendengar kedatangan beliau, para ahli hadits kota Baghdad berkumpul dan bermusyawarah untuk menyambut kedatangan beliau. Akhirnya diambillah kesepakatan untuk menguji kekuatan hafalan beliau. Kemudian para ahli hadits mengumpulkan seratus hadits. Seratus hadits tersebut diacak, baik matan maupun sanadnya. Setelah itu, dibagikan kepada sepuluh orang ahli hadits, sehingga masing-masing membawa sepuluh hadits.
Singkat cerita tibalah saat yang dinantikan. Manusia pun berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut. Mulailah salah seorang penguji menyampaikan hadits satu per satu kepada Al-Bukhari. Tatkala sang penguji menyampaikan hadits pertama, Al-Bukhari menyatakan tidak tahu. Sampai penguji pertama selesai menyampaikan sepuluh hadits, Al-Bukhari tetap menjawab: “Tidak tahu.” Para ahli hadits yang hadir dalam acara tersebut terlihat saling memandang satu sama lain seraya berkata: “Laki-laki ini benar-benar mengetahui.” Sedangkan orang-orang yang awam justru menyangka sebaliknya yaitu Al-Bukhari tidak tahu apa-apa. Kemudian tiba giliran penguji kedua.  Mulailah ia menyampaikan sepuluh hadits satu per satu. Dan Al-Bukhari tetap menjawab, “Tidak tahu.” Demikian seterusnya penguji ketiga, keempat sampai penguji kesepuluh telah menyampaikan seluruh haditsnya, Al-Bukhari tetap menjawab: “Tidak tahu.” Kemudian Al-Bukhari mengatakan kepada penguji pertama: “Hadits pertama yang engkau bacakan adalah demikian dan demikian maka yang benar adalah demikian dan demikian.” Demikianlah Al-Bukhari menyebutkan kembali hadits tersebut persis sama seperti yang dibacakan oleh sang penguji, kemudian beliau membenarkan letak kesalahannya. Beliau melakukan hal ini mulai dari hadits pertama sampai hadits keseratus. Manusia pun mengakui akan kehebatan hafalan beliau.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
“Semua orang menunduk di hadapan Al-Bukhari, yang menakjubkan dari beliau bukan pada sisi kemampuan membenarkan hadits yang salah karena beliau memang seorang penghafal hadits. Namun yang menakjubkan adalah kemampuan beliau menyebutkan kembali hadits-hadits yang telah diacak tadi secara tertib dan urut hanya dengan sekali dengar.”

Ibadah dan Akhlak Beliau
Para ulama Bashrah mengatakan: “Tidak ada di dunia ini orang yang seperti Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dalam masalah ilmu dan akhlak.”
Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli mengatakan kepada penduduk Naisabur ketika Al-Bukhari berkunjung ke negeri Naisabur: “Pergilah kalian kepada laki-laki yang shalih tersebut dan dengarlah hadits darinya.”
Al-Husain bin Muhammad As Samarqandi berkata: Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dikhususkan dengan tiga sifat terpuji: sedikit berbicara, tidak rakus terhadap sesuatu yang ada di tangan manusia, tidak sibuk dengan urusan orang lain dan seluruh kesibukan beliau adalah dalam masalah ilmu.”
Sulaiman bin Mujahid berkata: “Belum pernah aku melihat dengan mata kepala sendiri semenjak 60 tahun yang lalu orang yang paling faqih, paling wara’ dan paling zuhud di dunia daripada Muhammad bin Ismail.”
Al-Imam Al-Bukhari mengkhatamkan Al-Qur’an setiap siang hari di bulan Ramadhan. Kemudian di waktu malam harinya beliau mengkhatamkannya setiap tiga malam sekali pada waktu shalat Tarawih. Beliau rajin melaksanakan shalat malam sebanyak 13 rakaat pada waktu sahur setiap hari.
Suatu hari beliau diundang dalam satu keperluan di kebun milik muridnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat dhuhur dan shalat sunnah bersama mereka. Maka tatkala selesai dari shalat, beliau mengangkat ujung pakaiannya kemudian berkata kepada seseorang: “Tolong lihatlah apakah ada sesuatu di bawah pakaianku?” ternyata seekor kumbang besar telah menyengat beliau sebanyak 16 atau 17 sengatan. Yang menyebabkan bengkak pada tubuh beliau. Kemudian ada seseorang yang berkata kepada beliau: “Mengapa engkau tidak membatalkan shalat ketika kumbang tersebut mulai pertama kali menyengat?” Kata beliau: “Aku saat itu sedang membaca surat, dan aku tidak ingin memutus surat tersebut.”
Beliau pernah mengatakan: “Aku tidak lagi berbuat ghibah kepada seorangpun semenjak aku mengetahui bahwa perbuatan ghibah akan membahayakan pelakunya.”
Karya Tulis Beliau
Beliau banyak menghasilkan karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu.. Diantaranya:
  1. Al-Jami’ Ash Shahih Al-Musnad Min Haditsi Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamihi atau Shahih Al-Bukhari.
Ini adalah sebuah kitab kumpulan hadits yang berisi hadits-hadits yang shahih. Beliau menyusun kitab ini selama 16 tahun. Tidaklah beliau mencantumkan satu hadits dalam kitab tersebut kecuali beliau mandi terlebih dahulu kemudian shalat dua rakaat.
  1. Al-Adab Al-Mufrad
  2. Raf’ul Yadain fi Shalat
  3. Al-Qira’ah Khalfa Al-Imam
  4. Khalqu Af’alil ‘Ibad
  5. At-Tarikh Al-Kabir dll.

Wafat Beliau
Beliau pernah mengalami ujian yang berat dalam hidupnya. Ceritanya adalah ada sebagian orang yang iri dengan kelebihan yang Allah Ta’ala berikan kepada beliau. Maka mereka pun menyebarkan isu bahwasanya beliau memiliki keyakinan yang mengarah kepada pendapat “ Al-Qur’an adalah makhluk”, sebuah keyakinan yang kufur. Beliau akhirnya mengalami beberapa kali pengusiran mulai dari daerah Naisabur, Bukhara dan terakhir Khartanka. Beliau hadapi semua itu dengan penuh ketabahan, dengan tidak melakukan reaksi apapun.
Suatu malam beliau pernah berdoa: “Ya Allah sesungguhnya bumi yang luas ini telah terasa sempit bagiku, maka matikanlah aku.” Tidak sampai sebulan setelah itu beliau meninggal dunia. Beliau meninggal pada malam Sabtu bertepatan dengan malam Idul Fitri seusai shalat ‘Isya´. Dan dikuburkan pada keesokan harinya setelah shalat dhuhur pada tahun 256 Hijriyah di desa Khartanka bagian dari kota Samarkand. Beliau wafat pada usia 62 [A1] tahun. Semoga Allah merahmati beliau rahimahullah, dan memasukkannya ke dalam Al-Jannah (Surga). Amin.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Kalau seandainya pintu pujian para ulama belakangan terhadap beliau dibuka, niscaya akan menghabiskan lembaran kertas dan menghabiskan nafas manusia, karena yang demikian merupakan lautan yang tiada batas.
Wallahu a`lam bishshawab.

Source:www.buletin-alilmu.com

Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Pengertian Ahlus Sunnah wal Jama’ah
1. Definisi As-Sunnah

As-Sunnah secara bahasa adalah jalan yang ditempuh atau cara pelaksanaan suatu amalan, baik dalam perkara kebaikan maupun kejelekan. (Fathul Bari, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqolany rahimahullah, jilid 13)
Adapun pengertian dalam istilah syari’ah adalah petunjuk dan jalan di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya berada di atasnya, baik dalam hal ilmu, ‘aqidah, ucapan, ibadah, akhlaq maupun mu’amalah. Sunnah dalam makna ini wajib untuk diikiuti. (Al-Washiyyah Al-Kubra fi ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hal.23)
Jadi makna As-Sunnah di sini bukan seperti dalam pengertian ilmu fiqih, yaitu: suatu amalan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
2. Definisi Al-Jama’ah
Al-Jama’ah, secara bahasa, berasal dari kata “Al-Jam’u” dengan arti mengumpulkan yang bercerai-berai. (Qamus Al-Muhith, karya Al-Fairuz Abadi rahimahullah)
Adapun secara istilah syari’ah berarti orang-orang terdahulu dari kalangan shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para pengikut mereka hingga Hari Kiamat. Mereka berkumpul dan bersatu di atas Al-Haq (kebenaran) yang bersumber dari Al-Kitab dan As-Sunnah, serta para imam mereka. (Al-I’tisham, karya Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullah, I/28)
Dari penjelasan diatas, maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang konsisten berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah dari kalangan shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in (murid para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), Tabi’ut Tabi’in (murid para Tabi’in), dan para imam yang mengikuti mereka, serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka hingga hari Kiamat dalam perkara ‘aqidah, ucapan, dan amalan. (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafy rahimahullah, hal. 33)
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang paling antusias dalam merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan pada pemahaman para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah PRINSIP UTAMA dalam agama ini dan merupakan satu-satunya kunci bagi umat ini untuk bersatu dan terhindar dari perpecahan. Hal ini ditegaskan dan ditekankan oleh Ar-Rasul  shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap bertaqwa kepada Allah dan senantiasa mendengarkan dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habsyi. Barangsiapa di antara kalian yang hidup (berumur panjang), niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Kulafa’ur Rosyidin. Gigitlah sunnah itu dengan gigi-gigi geraham kalian (peganglah kuat-kuat–red). Dan jauhilah perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam urusan agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, kecuali An-Nasa’i)
Dan dalam riwayat An-Nasa’i disebutkan bahwa Rasulullah  bersabda: ”dan setiap kesesatan akan masuk An-Nar (neraka).”
Ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan tentang adanya satu kelompok yang diselamatkan oleh Allah, dan satu-satunya yang selamat dari An-Nar (neraka). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari shahabat (murid beliau) Mu’awiyah bin Abu Sufyan radliyallahu ‘anhuma:
”Ketahuilah bahwa Ahlul Kitab sebelum kalian telah terpecah belah menjadi 72 golongan, dan sungguh umat ini juga akan terpecah menjadi 73 golongan. Yang 72 golongan di dalam neraka. Dan satu golongan di dalam Al-Jannah (surga), mereka itu adalah Al-Jama’ah.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ad-Darimi dan Al-Hakim. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 203-204, I/404).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa para shahabat  radliyallahu ‘anhum bertanya: ”Siapakah Al-Jama’ah itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah  menjawab: ”Mereka adalah orang-orang yang berada di atas apa yang aku dan para shahabatku pada hari ini berada di atasnya (manhaj, aqidah, ibadah, mu’amalah, dan akhlaq yang islami–red).” (HR. Ath-Thabarani di Al-Mu’jam Ash-Shaghir, I/256)
Dari hadits-hadits tersebut, Rasulullah  menegaskan bahwa satu-satunya ”solusi” agar umat selamat (terhindar) dari perpecahan, kebinasaan, kesesatan adalah hanya dengan mengembalikan segala urusan agama kepada ”Sunnah” beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan ”Sunnah” para shahabat radliyallahu ‘anhum. Berpegang teguh dengan ”Sunnah” para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermakna mengembalikan semua pemahaman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah (Al-Hadits) kepada pemahaman mereka, karena di tengah-tengah merekalah ayat-ayat Al-Qur’an turun dan mereka mendengar langsung pengertiannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Terlalu banyak untuk disebutkan di sini ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits yang mengabarkan tentang tingginya keutamaan dan kedudukan para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di sisi Allah  dan Rasul-Nya . Mereka adalah manusia terbaik setelah Ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Terbaik dalam segala hal dalam urusan agama ini, ilmu, iman, taqwa, pemahaman, pengamalan, pembelaan terhadap agama ini, dsb. Untuk itulah kita diperintahkan mengikuti petunjuk dan jalan mereka. Bahkan, barangsiapa mengikuti jalan selain jalannya para shahabat , niscaya Allah  akan biarkan dirinya tenggelam dalam kesesatan. Allah  berfirman dalam Al-Qur`an surat An-Nisa: 115, yang artinya:
”Barangsiapa menentang Ar-Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan selain jalannya kaum mukminin, maka Kami biarkan dia leluasa bergelimang dalam kesesatan (berpaling dari kebenaran), dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.”
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah lainnya menjelaskan bahwa ‘jalannya kaum mukminin’ dalam ayat di atas maksudnya adalah jalannya para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebutan lain dari Ahlus Sunnah
As-Salafy Adalah nama lain dari Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Begitu juga Al-Firqatun Najiyah, Ath-Thaifah Al-Manshurah.
Istilah “As-Salafy” atau “Salafy” atau “As-Salafus Shalih” sebenarnya merupakan istilah syar’iyyah (sesuai dengan syariat Islam). Istilah tersebut bukanlah slogan keduniaan yang berkenaan dengan politik, sosial, ekonomi ataupun yang lainnya. Bukan pula nama bagi individu, organisasi, yayasan, partai ataupun aliran-aliran tertentu yang mengatasnamakan Islam.
Arti ‘Salaf’ secara bahasa adalah ‘pendahulu’ bagi suatu generasi (kamus Al-Muhith). Sedangkan dalam istilah syariah berarti orang-orang pertama yang memahami, mengimani, memperjuangkan, serta mengajarkan Islam yang diambil langsung dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Istilah yang lebih lengkap bagi mereka ini ialah ‘As-Salafus Sholih’ (para pendahulu yang sholih–red). (Al-Aqidah As-Salafiyah baina Al-Imam Ibnu Hanbal wal Imam Ibnu Taimiyyah, karya Dr. Sayyid Abdul Aziz As-Sily, hal.25-28)
Sedangkan seorang muslim yang mengikuti pemahaman ini dinamakan ‘Salafy’ atau ‘As-Salafy’ (majalah As-Shalah, no. 9, halaman 86-90, keterangan Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah)
Penggunaan istilah ‘Salaf’ atau ’Salafy’ sebenarnya bukanlah hal asing atau sesuatu yang baru dalam agama ini. Istilah ini banyak kita jumpai dalam kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sejak dahulu.
Selain disebut As-Salafy, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, disebut juga dengan Al-Firqatun Najiyah (kelompok yang selamat) atau juga Ath-Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang mendapat pertolongan). Mereka senantiasa ada pada setiap generasi untuk membimbing umat ini. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim:
“Akan senantiasa ada dari umatku (tiap generasi) sekelompok orang yang selalu tampak di atas Al-Haq, tidak akan menyusahkan mereka orang-orang yang meninggalkan mereka sampai datang keputusan Allah (Hari Kiamat).”
Merekalah Al-Firqatun Najiyah Al-Manshurah. Para imam besar ahlus sunnah (semisal Al-Imam Asy-Syafi’i, Ahmad, Abdullah Ibnul Mubarak,  Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Ajurry, An-Nawawi, dan lain-lain) sepakat bahwa mereka adalah para ulama ‘Ahlul Hadits’.
Ahlul Hadits adalah para ulama besar di jamannya. Merekalah yang paling berhak untuk dijadikan rujukan pada setiap permasalahan dalam agama ini, karena mereka adalah golongan yang paling kuat hujjahnya, paling tahu tentang Al-Qur’an sebagaimana dikatakan oleh ‘Umar ibnul Khotthob : “Akan ada sekelompok orang yang mendebat kamu dengan syubhat-syubhat (kerancuan pemahaman) yang mereka ambil dari Al-Qur’an, maka bungkamlah syubhat-syubhat mereka itu dengan Sunnah (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), karena orang yang tahu tentang sunnah/hadits adalah orang yang paling tahu tentang Al-Qur’an.” (Diriwayatkan oleh Al-Ajurry dalam Asy-Syari’ah, hal. 48, dan kitab lainnya).
Demikianlah para pembaca yang mulia, berdasarkan pada keterangan-keterangan di atas, maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah satu-satunya yang akan mendapatkan pertolongan Allah dan selamat dari siksa api neraka. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk meniti jejak mereka, baik dalam masalah manhaj, aqidah, ibadah, akhlaq, atau mu’amalah. Tidak ada pilihan yang lain. Karena mereka tidaklah ber-ta’ashshub (fanatik) kepada pendapat seseorang/organisasi tertentu, kecuali hanya kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah satu dan kokoh diatas satu prinsip, walaupun tempat mereka berbeda-beda dan tersebar di berbagai negeri.
Wallahu a’lam bish showab.

Source : www.buletin-alilmu.com

Seorang Ibu Bermata Satu

Ketika anak laki-lakinya pergi sekolah SD, si ibu datang ke sekolah untuk melihat2 anaknya. Tapi apa yang terjadi, si anak laki-lakinya jadi malu karena diolok-olok oleh teman-teman, karena dia mempunya ibu bermata satu. Sesampai di rumah si ibu dimarahin oleh si anak. Sejak itu si ibu tidak dibolehkan ketemu orang-orang lain agar si anak tidak malu.

Setelah anaknya dewasa, si anak telah bekerja dan sukses, dan sudah berkeluarga dan mempunyai istri yang cantik dan anak2 yang lucu.... si ibu rindu ingin ketemu dengan anak dan cucunya. Sesampai di depan pintu rumah anak laki-lakinya, dia diusir oleh anaknya sendiri, seraya berkata: untuk apa kamu datang kesini orang tua bermata satu, kamu telah menakutkan anak-anakku, kata si anak. Akhirnya, si ibu pulang dengan bersedih hati. Dia akhirnya hanya melihat cucu2nya di depan pagar, lalu perlu.

Sekian lama waktu berlalu, si ibu akhirnya sakit dan sepertinya tidak akan lama lagi umurnya. Dia memberi tahukan berita ini kepada anak laki-lakinya itu, bahwasanya dia sedang sakit parah. Tapi, si anak laki2 tetap tidak mau ketemu ibunya. Ajalnya pun menjemputnya.

Selang beberapa waktu, si istri dari si anak laki2 bertanya ke suaminya: mengapa kamu tidak datang ke rumah ibumu?
Dia menjawab: saya sedang sibuk. Tapi akhirnya, dia dibujuk oleh istrinya, agar pergi ke rumah ibunya tersebut sekali saja karena ibunya sudah tiada.

Akhirnya si anak laki2 pergilah ke rumah almarhum ibunya, dia masuk ke rumah yang telah lama dia tinggalkannya, dan ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh ibunya berisi: "anakku, aku sangat bahagia melihatmu dari kecil, sampai dewasa dan mlenjadi sukses sekarang ini. ketahuilah nak, bahwasanya kamu kecil hanya mempunyai mata satu, aku telah merelakan mata yang satu lagi diberikan kepadamu, agar kamu bisa hidup bahagia nantinya".

Si anak akhirnya, menanggis sijadi-jadinya: oh..ibu.............maafkan aku selama ini...


Kasih sayang seorang ibu kepada anak adalah kecintaan yang hakiki tanpa megharap timbal balik antar sesama..


Mark Zuckerberg

Saat ini,sudahlah sangat populer jejaring sosial facebook untuk semua kalangan.Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.

Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap.

Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya-andre McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook untuk umum.

Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal lainnya. Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.

Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat. Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.

Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen saja, micr*soft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri.

Niat Mark Zuckerberg untuk sekadar‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat mengubah hidup makin bermakna.


Semua ketekunan yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil

Nancy Matthews Edison

suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut, " Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah."

sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, " anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia."

Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.

tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas namanya. siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya!

ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri Edison, dan hal itu mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti...

Derajat wanita dalam islam

Pada zaman Jahiliyah wanita tak berati apa-apa, dia hanyalah sampah yang tak ada gunanya, yang merupakan pelampiasan nafsu Arab jahiliyah pada waktu itu. Kemudian Islam datang mengangkat derajat mereka yang merupakan syaqaiq arrijal. Kata almar'ah memang indah kedengarannya, tapi di balik kalimat tersebut ada hal yang perlu dijaga.
Dengan hal itu laki-lakilah sebagai qawamah bagi wanita, sebagaimana yang dipaparkan dalam surah An-Nisaa ayat 34, maka seharusnya laki-lakilah yang menjadi pendidik pertama bagi wanita. Rasulullah selalu mengingatkan kepada ummatnya, bahwa wanita perlu menjaga dirinya dengan iffah, mulai dari pakain, pergaulan, tuturkata, dsb. Di situlah hakikat seorang wanita muslimah.
Allah menegaskan bahwa wanita berserikat dengan kaum laki-laki dalam prinsip kemanusiaan mereka. Sebagaimana mereka pun berserikat dengan laki-laki dalam hal pahala dan dosa sesuai dengan amal perbuatan mereka. “Barangsiapa yang berbuat amalan kebaikan dari laki laki maupun perempuan dan dia adalah orang mukmin maka Kami akan hidupkan dia dalam kehidupan yang baik, dan Kami akan balasi mereka dengan yang lebih baik daripada yang mereka lakukan (QS An Nahl : 97)
Menurut ajaran Islam:
1. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam pandangan Allah (QS Al-Ahzab:35, Muhammad:19). Persamaan ini jelas dalam kesempatan beriman, beramal saleh atau beribadah (shalat, zakat, berpuasa, berhaji) dan sebagainya.
2. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam berusaha untuk memperoleh, memiliki, menyerahkan atau membelanjakan harta kekayaannya (QS An-Nisa:4 dan 32).
3. Kedudukan wanita sama dengan pria untuk menjadi ahli waris dan memperoleh warisan, sesuai pembagian yang ditentukan (QS An-Nisa:7).
4. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam memperoleh pendidikan dan ilmu pengetahuan: "Mencari/menuntut ilmu pengetahuan adalah kewajiban muslim pria dan wanita" (Hadits).
5. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam kesempatan untuk memutuskan ikatan perkawinan, kalau syarat untuk memutuskan ikatan perkawinan itu terpenuhi atau sebab tertentu yang dibenarkan ajaran agama, misalnya melalui lembaga fasakh dan khulu', seperti suaminya zhalim, tidak memberi nafkah, gila, berpenyakit yang mengakibatkan suami tak dapat memenuhi kewajibannya dan lain-lain.
6. Wanita adalah pasangan pria, hubungan mereka adalah kemitraan, kebersamaan dan saling ketergantungan (QS An-Nisa:1, At-Taubah:71, Ar-Ruum:21, Al-Hujurat:13). QS Al-Baqarah:2 menyimbolkan hubungan saling ketergantungan itu dengan istilah pakaian; "Wanita adalah pakaian pria, dan pria adalah pakaian wanita".
7. Kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria untuk memperoleh pahala (kebaikan bagi dirinya sendiri), karena melakukan amal saleh dan beribadah di dunia (QS Ali Imran:195, An-Nisa:124, At-Taubah:72 dan Al-Mu'min:40). Amal saleh di sini maksudnya adalah segala perbuatan baik yang diperintahkan agama, bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, lingkungan hidup dan diridhai Allah SWT.
8. Hak dan kewajiban wanita-pria, dalam hal tertentu sama (QS Al-Baqarah:228, At-Taubah:71) dan dalam hal lain berbeda karena kodrat mereka yang sama dan berbeda pula (QS Al-Baqarah:228, An-Nisa:11 dan 43). Kodratnya yang menimbulkan peran dan tanggung jawab antara pria dan wanita, maka dalam kehidupan sehari-hari --misalnya sebagai suami-isteri-- fungsi mereka pun berbeda. Suami (pria) menjadi penanggungjawab dan kepala keluarga, sementara isteri (wanita) menjadi penanggungjawab dan kepala rumahtangga.

Perselisihan itu adalah rahmat,Pemahaman yang salah

Perselisihan dan kontradiksi pendapat yang mewarnai umat ini, seakan sudah menjadi perkara yang dianggap lumrah. Slogan-slogan dari sebagian orang yang mengatakan : “Perselisihan itu adalah rahmat, jadi diantara kita harus memiliki rasa toleransi”, atau “Kita saling tolong-menolong pada hal-hal yang kita sepakati dan kita bertoleransi pada hal-hal yang kita perselisihkan” pun turut menghiasi, seakan menyetujui perselisihan yang kian larut ini.

Sekilas slogan-slogan tersebut memberi kesejukan dan ketenangan jiwa manusia. Dengan dalih "... walaupun berselisih atau berbeda pemahaman, yang penting ukhuwah (persaudaraan) tetap terjalin." Walhasil ketika bermuamalah, mereka berusaha untuk tidak menyentuh perkara yang diperselisihkan demi menjaga keutuhan ukhuwah. Sekalipun perkara tersebut adalah sesuatu yang prinsip (jelas) hukumnya dalam agama. Sehingga amar ma’ruf nahi munkar sulit dijalankan, karena adanya rambu-rambu toleransi ala mereka.

Mereka tak sadar –bahwa dengan sikap seperti itu- justru melanggengkan perselisihan yang tajam pada umat ini.
Bila kita melihat realita yang ada, tidak sedikit dari kalangan muslimin yang terperosok jauh akibat perselisihan tersebut. Mereka tidak bisa menerima dan menjalani konsekwensi dari slogan-slogan di atas tadi (“perselisihan adalah rahmat” dan lain-lain). Perselisihan pun menjadi kian meruncing nan tajam.

Bahkan diantara mereka terjatuh dalam pertikaian, permusuhan, bersitegang urat sampai pada bentrokan fisik. Karena masing-masing pihak merasa bangga dan ingin memenangkan pendapat yang dipeganginya.

Semisal dalam hal pemilihan madzhab diantara imam yang empat. Baik dalam perkara aqidah, fiqih maupun muamalah. Sebagai contoh : “Si A tidak mau sholat di masjid yang berbeda madzhab” atau “si B tidak mau bermakmum di belakang si C karena madzhabnya berbeda”. Dan contoh-contoh lain yang telah melanda kehidupan umat Islam. Lalu apakah perselisihan yang demikian ini dikatakan sebagai “rahmat”?

Perkataan Ulama tentang Hadits ini
Al-Hadits merupakan sumber rujukan utama umat Islam setelah Al-Qur’an. Kedudukan Al-Hadits sedemikian penting, maka mengetahui keshohihan (kebenaran)nya adalah suatu konsekwensi logis. Namun dalam menentukan suatu hadits itu shohih atau tidak, bukanlah hal sepele. Oleh karena itu kita dilarang untuk sembarangan menukil hadits, jika belum pasti keshohihannya.

Ahlul Hadits adalah para ulama yang mereka memahami ilmu-ilmu seputar permasalahan hadits. Baik dari segi matan/redaksi hadits maupun sanad (deretan/rangkaian para perawi hadits yang bersambung sampai kepada Rasulullah). Ahlul Hadits berupaya keras untuk mengumpulkan, meneliti dan memisahkan hadits yang shohih dari yang dho’if (lemah) dan maudhu’ (palsu). Berikut penulis nukilkan perkataan Ahlul Hadits tentang sebuah hadits masyhur : “Perselisihan Umatku adalah Rahmat”.

Asy Syeikh Al Muhadits Nashiruddin Al Albani rohimahullah dalam Silsilah Ahadits Adh Dho’ifah mengenai “hadits” ini, beliau berkata : “Hadits ini tidak ada asalnya”. Para muhadits sudah berupaya keras untuk mendapatkan sanad hadits ini tetapi mereka tidak mendapatkannya. Sampai beliau (Al Albani) berkata : “Al Munawi menukil dari As Subki bahwa dia berkata : “Hadits ini tidak dikenal oleh para muhadits, dan saya belum mendapatkannya baik dalam sanad yang shohih, dho’if, atau maudlu’.

Syaikh Zakariya Al Anshori menyetujuinya dalam ta’liq atas Tafsir Al Baidlawi 2/92 Qaaf (masih dalam manuskrif).

Makna hadits ini pun diingkari oleh para ulama peneliti hadits. Al ‘Allamah Ibnu Hazm berkata dalam kitabnya Al Ihkam fi Ushulil Ahkam Juz 5/hal 64 setelah beliau mengisyaratkan bahwasanya “ucapan” itu bukan hadits : “Ini adalah ucapan rusak yang paling rusak. Karena jika perselisihan itu rahmat, tentu kesepakatan itu sesuatu yang dibenci dan tidak ada seorang muslim pun yang mengatakan demikian. Yang ada hanya kesepakatan atau perselisihan, rahmat atau dibenci. Di kesempatan lain beliau mengatakan : “batil dan dusta”. (Silsilah Ahadits Adh Dho’ifah juz 1, hadits no 57 hal 141)

Dalam kitab Zajrul Mutahawin bi Adz Dzoror Qo’idatil Ma’dzaroh wa Ta’awun hal 32, yang ditulis oleh Hamad bin Ibrohim Al Utsman dan kitab ini telah dimuroja’ah (diteliti ulang) oleh Asy Syeikh Al Allamah Sholeh bin Fauzan Al Fauzan. Disebutkan bahwa : “Hadits ini lemah secara sanad dan matan. Tidak diriwayatkan di dalam kitab-kitab hadits dengan lafadz ini.
Adapun yang masyhur adalah hadits “Perselisihan para shahabatku adalah rahmat”. Dan sebagian dari ulama ahli ushul menyebutkan hadits tersebut sebagaimana yang dilakukan Ibnul Hajib di dalam Mukhtashornya tentang ushul fiqih.

Berkata Abu Muhammad ibnu Hazm : “Adapun hadits yang telah disebutkan “Perselisihan umatku adalah rahmat” adalah kebatilan dan kedustaan yang bermuara dari orang yang fasik.” (Al Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/61)
Al Qoshimy mengomentari (sanad dan matan) hadits ini, dalam kitab Mahasinut Ta’wil 4/928 : “Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa hadits ini tidak dikenal keshohihan sanadnya. At Thobrony dan Al Baihaqy meriwayatkannya di dalam kitab Al Madkhol dengan sanad yang lemah dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.

Adapun ‘ilat (kelemahan) hadits ini adalah :
1. Adanya perawi yang bernama Sulaiman bin Abi Karimah, Abu Hatim Ar Rozy melemahkannya.
2. Perawi yang bernama Juwaibir, dia seorang Matrukul Hadits (ditinggalkan haditsnya) sebagaimana yang dinyatakan Nasa’i, Daruquthny. Dia meriwayatkan dari Adh Dhohhak perkara-perkara yang palsu termasuk “hadits” ini.
3. Terputusnya (jalur riwayat) antara Adh Dhohhak dan Ibnu ‘Abbas.
Berkata sebagian ulama : “Hadits ini menyelisihi nash-nash ayat dan hadits, seperti firman Allah Ta’ala : “Dan mereka senantiasa berselisih kecuali orang yang yang dirahmati Robbmu” dan sabda Rasulullah “Janganlah kalian berselisih, maka akan berselisih hati-hati kalian” (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan dikeluarkan di dalam Sunan Abu Daud oleh Asy Syeikh Al Albani) dan hadits-hadits yang lain banyak sekali. Maka kesimpulannya bahwa kesepakatan (di atas kebenaran) itu lebih baik daripada perselisihan.

Penutup
Setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir, niscaya akan menyatakan bahwa dirinya cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Namun cinta tidaklah cukup di lisan saja. Bahkan harus diwujudkan dalam amal perbuatan. Salah satu bukti cinta kita kepada Beliau adalah tidak lancang/berani dalam menukil suatu ucapan, lalu mengatasnamakan Rasulullah. Hendaklah takut akan ancaman Beliau : “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah ia menempatkan tempat duduknya dari api neraka”. (HR.Bukhori)

Alhamdulillah dari penjelasan Ahlul Hadits di atas, dapat diketahui bahwa hadits “Perselisihan umatku adalah rahmat” ternyata bukan merupakan sabda Rasulullah. Atau disebut juga hadits maudhu’. Padahal hadits ini sangat tenar dan menyebar bahkan menjadi pegangan para aktivis dakwah. Namun sebagai seorang muslim yang mau menerima kebenaran, tentulah akan bersegera meninggalkan hadits ini, sebagai salah satu wujud cinta dia kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Allah berfirman : “Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imron : 103)

Al Hafidz Ibnu Katsir rohimahullah berkata : “Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul (di atas kebenaran).” (Tafsir Ibnu Katsir 1/367)

Sesungguhnya tidak terdapat satu dalilpun dari Al Qur’an dan As Sunnah yang menunjukkan bahwa perselisihan itu adalah rahmat. Maka sikap menyetujui perselisihan dan menganggapnya sebagai rahmat, justru menyelisihi nash-nash mulia, yang jelas-jelas mencela terjadinya perselisihan. Adapun yang ridho dengan perselisihan tersebut, tidaklah mereka memiliki sandaran dalil melainkan berpegang pada “hadits” yang maudhu’ ini.

*Wallahul muwafiq ila sabilish showab.

(Sumber : Buletin Jum’at Al Jihad, diterbitkan Yayasan As Salaf Samarinda. Telpon (0541) 7010648. Penulis Al Ustadz Abu Abdurrahman Abdul Aziz As Salafy. Judul asli "Kedudukan dan Penjelasan Hadits “Perselisihan Umatku adalah Rahmat”. )

Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan ‘Amru An Naqid seluruhnya dari Al Aswad bin ‘Amir; Abu Bakr berkata; Telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Amir; Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Aisyah dan dari Tsabit dari Anas bahwa

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau bersabda:

“Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik.”

Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya:

“Ada apa dengan pohon kurma kalian?”Mereka menjawab;“Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu?”Beliau lalu bersabda:“Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”(HR Muslim No 4358)

Kesimpulan
Memang benar kita harus berpedoman kepada Al Quran dan mengikuti sunah Rasulullah saw, tetapi bukan berarti kita harus menutup diri pada ilmu dan pelajaran lain untuk pembahasan yang lebih spesifik. Tentu selama tidak ada hukum yang melarangnya.

*Wallahu'alam Bishawab